Kamis, 07 Maret 2013

Proletariat Menuju Kelas Menengah, Tantangan Sosial Bangsa Indonesia

Aku berpendapat, bangsa Indonesia akan menghadapi masalah lebih banyak bila kita membiarkan masyarakat kelas proletariat "terpaksa masuk" ke lingkungan kelas menengah dengan hanya berbekal tingkat ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya, tanpa dibekali peningkatan kualitas mental dan sosial budaya yang sesuai.

Aku setuju dengan pendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif stabil akhir-akhir ini telah memajukan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah tertentu, paling tidak meningkatnya kemakmuran masyarakat terasa sekali di Jakarta. Indikasi dari kondisi ini dapat terlihat di sektor riil sehari-hari. Pasar swalayan selalu ramai pembeli untuk belanja berbagai kebutuhan. Barang-barang yang ditawarkan pedagang-pedagang di mall juga semakin beragam dan makin mengaburkan pemahaman garis batas kebutuhan primer, sekunder serta tertier. Penggunaan gadget dan telepon seluler juga semakin luas, bahkan bisa dikatakan saat ini semua kelas sosial wajib memiliki telepon seluler, minimal satu unit. Penjualan sepeda motor dan mobil juga selalu laris manis, walau tidak disertai dengan sopan santun berkendara yang layak di jalanan. Semua ini adalah cerminan hasil meningkatnya kemakmuran masyarakat, dari Kelas Proletariat menuju Kelas Menengah.

Fenomena ini timbul bukan tanpa harga yang harus dibayar. Bagaimanapun juga, mentalitas dan perilaku sosial budaya di kelas proletariat berbeda jauh dengan yang dimiliki masyarakat kelas menengah. Peningkatan penghasilan dan taraf hidup individu di kelas proletariat tidak cukup untuk mengkatrol individu tersebut untuk naik ke kelas menengah. Kita lihat kembali di sektor riil. Ramainya pasar swalayan dan mall di Jakarta lebih didorong karena rendahnya pemahaman klasifikasi kebutuhan primer, sekunder dan tertier. Yang terjadi hanyalah budaya konsumerisme yang salah kaprah. Atau, meningkatkan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor yang tanpa diikuti dengan kedewasaan berkendara di jalanan menyebabkan makin semrawutnya kondisi lalu lintas. Budaya OKB (Orang Kaya Baru) pun merebak.Inilah tantangan sosial bangsa kita saat ini.

Lantas, apa yang kurang di sini. Peningkatan mutu pendidikan, terutama pendidikan dasar yang membentuk kualias karakter dan mental serta sosial budaya. Daya beli dan taraf hidup masyarakat kelas proletariat telah meningkat, tapi tanpa disertai peningkatan kualitas pendidikan yang baik. Hal inilah yang akan menghalangi kelas proletariat untuk dapat meningkatkan diri menuju ke kelas menengah. Atau, bahasa gampangnya, percuma kaya kalau nggak berpendidikan.