Kamis, 21 Maret 2013

Chrome OS atau Android, Sebenarnya Google Pilih Mana?

Saat ini, Google memiliki dua sistem operasi yang target pasarnyanya mulai saling tumpang tindih, yaitu Chrome OS dan Android. Keduanya sama-sama berbasis Linux, dikembangkan oleh komunitas open source dan menyediakan akses prima ke layanan-layanan Google. Mau ke mana strategi pemasaran produk sistem operasi Google? Silahkan baca lebih lanjut hasil renunganku ini.

Chrome OS, yang dikembangkan secara open source sebagai Chromium OS, adalah sistem operasi yang dibuat khusus untuk menjalankan aplikasi berbasis web, terutama perangkat keras low-end PC semacam Netbook, dan dikemas sebagai kesatuan paket oleh mitra-mitra Google sebagai Chromebook. Android, yang awalnya dikembangkan oleh Android Inc., adalah sistem operasi populer untuk perangkat mobile device, seperti handphone, smartphone dan tablet.

Sejak Chrome OS diperkenalkan pertama kali pada tahun 2009, banyak kritik yang menanggapi strategi dualisme Google ini. Misal, Steve Ballmer, CEO Microsoft, menyebut Google "tidak dapat memutuskan apa yang mereka pikirkan". Kebingungan pasar makin meningkat sejak timbul upaya untuk membawa keluar Chrome OS dari lingkungan tradisionalnya, yaitu dari PC ke pasar tablet, dan dengan berkembangnya penggunaan Android sebagai sistem operasi perangkat rumah tangga seperti TV (Google TV), kamera (Samsung Galaxy Camera) dan lainnya. Walau Sergey Brin, salah satu pendiri Google, pernah berkata bahwa pada akhirnya kedua sistem operasi ini akan bergabung menjadi satu, aku tidak percaya bila hal ini dapat terjadi dengan mudah atau terjadi dalam waktu dekat. Aku pikir, Google sedang mengadu untung di pertarungan sistem operasi ini dan berusaha agar pengguna (apapun perangkatnya) tetap menggunakan layanan-layanan Google yang terbungkus apik dalam Chrome OS maupun Android.

Aku perhatikan, Chrome OS dan Android punya tiga perbedaan substansial bila dipandang dari sisi pemakaiannya.
Chrome OS cocok untuk keyboard dan mouse, Android cocok untuk touchscreen
Chrome OS lebih sesuai bila digunakan pada perangkat yang dilengkapi keyboard dan mouse / trackball, sedangkan Android lebih cocok untuk perangkat yang menggunakan touchscreen. Pernah coba mengetik dengan menggunakan tablet? Pada dasarnya, jari-jari tangan manusia terlalu besar untuk dapat memanipulasi sekumpulan teks dengan cepat, langsung dari layar. Ukuran layar tidak berpengaruh di sini, melainkan ukuran font dari kalimat-kalimat itu sendiri yang menyulitkan jari-jari kita untuk meng-copy, cut atau paste teks. Keyboard dan mouse masih tetap menjadi pilihan terbaik untuk melakukan input teks saat ini, atau paling tidak hingga teknologi input melalui suara (voice to text) sudah berkembang lebih baik.

Chrome OS lebih aman
Chrome OS juga lebih aman dibandingkan dengan Android, karena sistem operasinya terpasang di dalam ROM dan, dengan aplikasi berbasis web, pemasangan aplikasi baru tidak diperlukan. Artinya, tidak seperti Android, kemungkinan bocornya keamanan akibat aplikasi tambahan yang dipasang oleh pengguna menjadi jauh lebih kecil.
Android lebih cepat dan bertenaga
Well, itu betul karena sifat native dari aplikasi yang terpasang di perangkat Android. Chrome OS bergantung pada aplikasi-aplikasi berbasis web, yang (tentu saja) tidak se-powerful aplikasi-aplikasi yang langsung dipasang di dalam perangkat, seperti di Android.

Tapi, terlepas dari perbedaan-perbedaan di atas, aku berpendapat bahwa Chrome OS menjanjikan potensi market share yang lebih baik bagi Google. Chrome OS memerlukan perangkat dengan CPU, RAM dan storage yang jauh lebih kecil dari Android, sehingga lebih terjangkau pasar karena harga perangkat keras yang lebih murah. Masalahnya, apakah mitra-mitra perangkat keras Google, seperti Samsung, Asus, Acer dan lainnya, mau mendukung strategi ini atau tidak? Bagi produsen perangkat keras, profit yang lebih manis diperoleh dari semakin mahalnya harga jual suatu perangkat.